Monday, November 11, 2013
Browse Manual »
Wiring »
dan
»
ku
»
negeri
»
nya
»
rumah
»
untuk
»
Untuk Negeri ku dan Rumah nya
Untuk Negeri ku dan Rumah nya
Saya bawakan kawan-kawan sebuah kontradiksi yang mungkin bagi sebagian persona ("social mask") ini adalah hal biasa yang sudah Tuhan gariskan dan tak perlu lagi di utak-atik, meski sebagian lain masih terus memperjuangkan dengan segenap apa yang dipunya. Untuk sebuah perkara yang sebenarnya sudah Tuhan turunkan kepada kita semua pada manusia sebagai hak.
Sedianya dengan tanpa ada rasa takut, tanpa adanya kewaspadaan berlebih. Hanya ingin menjalankan satu-satunya yang harus kita lakukan sebagai manusia. Beribadah kepadaNya. Ibu disamping ini adalah satu dari sekian yang sulit merasakan bagaimana indahnya beribadah, sujud kepada Tuhannya tanpa rasa gundah.
Kewaspadaannya bukan pada bisingnya suara televisi, bukan pada suara tangis menggemaskan anak-anak, bukan pula suara pawai peringatan kemerdekaan. Tapi bisingnya suara senapan mesin, suara tangis mengenaskan anak-anak, suara pawai panser yang siap menghancurkan rumahnya kapan saja.
Tapi sementara di belahan bumi lain, yang negerinya diberi Tuhan keterjaminan alam yang baik. Di negeri yang dengan lantang berikrar bahwa "ATAS BERKAT RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA" kebebasan itu teraih....
Di negeri yang mengikrarkan kemerdekaan dirinya sejak 63 tahun lalu. Masih pantaskah untuk tidak membasahkan bibirnya dengan selalu berucap syukur? Masih pantaskah mereka yang diberi amanah mencuri "beras"?
Maaf, jika tiba-tiba seperti hanyut dalam patriotisme lain. Entah mengapa saat pawai kegembiraan itu lewat didepan rumah tadi malam, dengan segala atribut ala perayaan hari kemerdekaan, tiba-tiba teringat pada sebuah tempat, yang bagi saya dia adalah "NEGARA" tapi oleh dunia hanya diakui sebagai "TERITORIAL" saja. Ya, Palestina...
Bukan tanpa sebab, bukankah kita yang diakui merdeka masih sering lupa pada Pemberinya? Bahkan ucapan (sakral) layaknya PROKLAMASI hanya dijadikan gurauan iklan televisi.
Ah, sudahlah. Jika gus pernah merasa dirinya adalah seperti "Pasir Berbisik". Maka apalagi saya, yang tak lebih dari "Angin Rumput Savana".
Lalu apa yang bisa dikata?... Maka Kutipan Kang Jaloe "Doa memberikan kekuatan yang lemah. Membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan" yang mungkin bisa diperbuat.
Mohon doakan pemimpin-pemimpin negeri kita supaya diberi taufik dan hidayah dari Tuhan.
Mohon doakan juga Palestina...
Untuk Negeri(ku) dan Rumah(nya)... MERDEKAA!!..
Hak cipta gambar ada pada myspace.com/palestine
Sedianya dengan tanpa ada rasa takut, tanpa adanya kewaspadaan berlebih. Hanya ingin menjalankan satu-satunya yang harus kita lakukan sebagai manusia. Beribadah kepadaNya. Ibu disamping ini adalah satu dari sekian yang sulit merasakan bagaimana indahnya beribadah, sujud kepada Tuhannya tanpa rasa gundah.
Kewaspadaannya bukan pada bisingnya suara televisi, bukan pada suara tangis menggemaskan anak-anak, bukan pula suara pawai peringatan kemerdekaan. Tapi bisingnya suara senapan mesin, suara tangis mengenaskan anak-anak, suara pawai panser yang siap menghancurkan rumahnya kapan saja.
Tapi sementara di belahan bumi lain, yang negerinya diberi Tuhan keterjaminan alam yang baik. Di negeri yang dengan lantang berikrar bahwa "ATAS BERKAT RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA" kebebasan itu teraih....
Di negeri yang mengikrarkan kemerdekaan dirinya sejak 63 tahun lalu. Masih pantaskah untuk tidak membasahkan bibirnya dengan selalu berucap syukur? Masih pantaskah mereka yang diberi amanah mencuri "beras"?
Maaf, jika tiba-tiba seperti hanyut dalam patriotisme lain. Entah mengapa saat pawai kegembiraan itu lewat didepan rumah tadi malam, dengan segala atribut ala perayaan hari kemerdekaan, tiba-tiba teringat pada sebuah tempat, yang bagi saya dia adalah "NEGARA" tapi oleh dunia hanya diakui sebagai "TERITORIAL" saja. Ya, Palestina...
Bukan tanpa sebab, bukankah kita yang diakui merdeka masih sering lupa pada Pemberinya? Bahkan ucapan (sakral) layaknya PROKLAMASI hanya dijadikan gurauan iklan televisi.
Ah, sudahlah. Jika gus pernah merasa dirinya adalah seperti "Pasir Berbisik". Maka apalagi saya, yang tak lebih dari "Angin Rumput Savana".
Lalu apa yang bisa dikata?... Maka Kutipan Kang Jaloe "Doa memberikan kekuatan yang lemah. Membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan" yang mungkin bisa diperbuat.
Mohon doakan pemimpin-pemimpin negeri kita supaya diberi taufik dan hidayah dari Tuhan.
Mohon doakan juga Palestina...
Untuk Negeri(ku) dan Rumah(nya)... MERDEKAA!!..
Hak cipta gambar ada pada myspace.com/palestine
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment